Post Views: 2,207
BABEL,
RADARBAHTERA.COM – Dinkes Kota Pangkalpinang, melalui Kabid P2P, Widya Eva sari, memaparkan tentang penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), Jumat siang (02/09/2022).
Widya Eva Sari di ruang kerjanya menjelaskan, bahwa di Kota Pangkalpinang kasus kematian karena DBD ada dua orang, dikarenakan keterlambatan dalam hal penanganan.
Jika dari awal sudah terdiagnosa DBD, maka harus segera ditindaklanjuti, misalnya dibawa ke Rumah Sakit untuk rawat inap agar mendapatkan tambahan cairan.
“Kalau pasien DBD pasti kekurangan cairan, dan jika cairan sudah dipenuhi, insyaallah kondisinya akan lebih baik,” ucap Widya.
Di Kota Pangkalpinang untuk kasus DBD tahun 2022 ini mengalami peningkatan, dimana total kasus DBD dari bulan Januari sampai dengan 25 Agustus berjumlah 216 kasus.
Widya juga menjelaskan, faktor terjadinya peningkatan dikarenakan kondisi iklim sekarang dan juga kondisi lingkungan sekitar, apalagi masyarakatnya itu sendiri kurang peduli tentang kebersihan lingkungan.
“Dimana kita ada satu kasus pasien DBD di kelurahan, jika ada kasus, kami harus melakukan penyelidikan diradius 200 meter, sekitar 20 rumah kiri, kanan, depan dan belakang, dan dari 20 rumah tersebut yang ditemukan jentik nyamuk hanya di rumah yang bersangkutan,” katanya.
Hal itu disebabkan karena dirumah tersebut banyak ditemukan barang bekas yang menjadi tempat penampungan air, sedangkan dirumah tetangganya bersih tidak ada jentik nyamuk.
“Jadi rata-rata rumah pasien yang terjangkit DBD, kondisi rumahnya seperti itu,” ungkapnya.
Sehingga untuk menekan jangan sampai kasus DBD bertambah lagi, hal paling utama yang harus dilakukan yaitu ada pada masyarakatnya, jika masyarakatnya menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitar, maka nyamuk Aedes Aegypti tidak akan berkembang biak.
Selanjutnya Widya juga menyampaikan, selama ini dimasyarakat jika ada kasus DBD, bagi mereka penyelesaiannya kalau belum flogging belum selesai masalahnya, padahal sebenarnya itu bukan cara menyelesaikan masalahnya.
Sebagai contoh kasus tertinggi di Kecamatan Rangkui, daerah Paritlalang, dimana ada satu wilayah berkali-kali disana difogging, sehingga fogging itu bukan cara menyelesaikan masalah.
Disamping itu masyarakat juga tidak mengetahui kalau fogging itu juga berbahaya bagi kesehatan terutama pernafasan, jika dilakukan terus menerus maka akan berakibat fatal terutama bagi laki-laki karena akan menyebabkan gangguan fungsi seksualnya atau impoten.
Widya juga berpesan, kepada seluruh masyarakat, jika ada kasus DBD yang utama sekali adalah bagaimana usaha masyarakat dan lingkungan sekitarnya untuk memberantas jentik dan tempat-tempat yang menjadi perindukan nyamuk itu sendiri.
“Kemudian menerapkan 3M dirumah masing-masing, yaitu Menutup, Menguras dan mengubur yang menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk,” katanya.
Untuk ciri-ciri gejala demam berdarah yaitu, demam tinggi yang mendadak 2-7 hari, adanya bentuk pendarahan dikelopak mata bagian dalam, buang air besar dengan kotoran berupa lendir bercampur darah, mimisan, mual, muntah, penurunan nafsu makan, demam yang disertai pegal atau sakit pada persendian, serta munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.
“Jika mengalami gejala seperti itu, diharapkan segera langsung dibawa kerumah sakit,” tandas Widya. (Siska)