Jakarta, radarbahtera.com – Juul Labs, perusahaan rokok elektrik yang berbasis di San Fransisco, AS, berencana melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) besar-besaran, termasuk angkat kaki dari pasar internasionalnya di Eropa dan Asia. Kebijakan diambil sebagai bagian dari upaya perusahaan mengubah arah bisnisnya.
Manajemen Juul tidak merinci jumlah karyawan yang akan di-PHK. Namun, mereka memastikan bahwa PHK akan sangat signifikan mengurangi kekuatan pasar global.
The Wall Street Journal, seperti dilansir CNN.com, Jumat (4/9), melaporkan saat ini perusahaan mempekerjakan sekitar 2.200 orang. Kemungkinan, jumlah tenaga kerja yang dipangkas mencapai 1.200 orang atau separuhnya.
“Belum ada keputusan akhir yang dibuat dan kami terus melalui proses evaluasi,” ujar Juru Bicara Juul dalam sebuah pernyataan.
Yang pasti, ia melanjutkan PHK merupakan bagian dari mengubah arah bisnis perusahaan yang telah dimulai sejak September 2019 lalu.
Pada November 2019 lalu, perusahaan telah memangkas tenaga kerjanya hingga 650 orang demi berhemat US$1 miliar. April 2020 lalu, Juul kembali memutuskan untuk mem-PHK sebagian karyawan.
Ini merupakan kejatuhan yang cepat untuk perusahaan rintisan (startup) vaping atau rokok elektrik. Bisnis vaping sendiri baru booming beberapa tahun terakhir.
Perusahaan tembakau Altria pun baru mengempit 35 persen saham Juul atau senilai US$37 miliar pada Desember 2018 lalu.
Sayangnya, industri rokok elektrik yang terlampau cepat booming, cepat pula jatuh, usai kekhawatiran risiko kesehatan vaping meningkat dan larangan keras regulator AS.
Sebagai bagian dari mengubah arah bisnis, Juul juga memutuskan angkat kaki dari pasar internasional mereka di Eropa dan Asia. Padahal, bisnis di dua pasar besar itu pun belum memberikan imbal hasil yang sesuai, mengingat biaya berinvestasi besar.
K.C Crosthwaite, mantan eksekutif Altria yang turun tangan menjabat CEO Juul mengatakan perusahaan masih dalam tahap eksplorasi dalam memutuskan kebijakan PHK dan upaya menarik diri dari pasar internasional.
“Kami tidak memiliki rincian untuk dibagikan tentang perkiraan jumlah karyawan yang terkena dampak, atau negara yang akan terdampak (menarik diri). Namun, pengurangan (PHK) akan memungkinkan perusahaan untuk berinvestasi,” terang Crosthwaite.
Sumber : www.cnnindonesia.com