SUMSEL, RADARBAHTERA.COM – Keberadaan beberapa makam yang dikenal masyarakat Desa Sedupi, Kecamatan Tanah Abang, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Sumsel, sebagai makam Puyang Sedupi yang diyakini masyarakat merupakan bukti peninggalan jejak-jejak tokoh sejarah penyebaran Islam di Nusantara pada masanya. Namun, melihat kondisi peninggalan jejak sejarah itu kini cukup memprihatinkan dan butuh perhatian para dermawan.
Pengurus bangunan makam Puyang Sedupi, Zainul Aripin Halik menuturkan, sejarahnya salah satu makam di Puyang Sedupi ini bernama Mahmudin Muhamad Ali Solikin Said Sailillah Pesuruh Allah, beliau pernah mengajar ke Mesir, Iran, Aceh dan sampai mengajar ke Raden Fatah pada tahun 1425 Masehi.
“Jadi, melalalui jejak-jejak peninggalan sejarah ini semoga menambah sedikit wawasan kita semua menggenal bagian dari sejarah yang lama terpendam disini sehubungan dengan masuknya syiar Islam ke Nusantara khususnya di tanah Sumatera,” ungkap Zainul kepada awak media, Minggu siang (20/03/2021).
Lanjut Zainul, dahulunya makam di Puyang Sedupi ini terkesan tak terawat, kemudian dirinya berinisiatif melakukan pemugaran, agar peninggalan jejak sejarah ini tak tergerus zaman.
“Pemugaran areal makam Puyang Sedupi seluas 24×8 meter ini, dibangun dengan dana yang saya kumpulkan sendiri bersama para sahabat dan ada juga sumbangan sukarela dari warga yang datang berziarah,” ungkapnya.
Zainul juga mengatakan, bahwa pemugaran yang dilakukan saat ini belum selesai sepenuhnya karena keterbatasan dana. Maka dari itu, ia pun menerima dengan terbuka jika ada dermawan atau donatur yang peduli serta sukarela membantu merampungkan pemugaran bangunan di areal Puyang Sedupi ini.
Kades Sedupi, Amran membenarkan sejarah yang ada di Desa Sedupi tersebut, ia juga mengajak warga Desa Sedupi untuk bergotong-royong memugar bangunan di Puyang Sedupi dan mengangkat kembali nilai sejarah dari Desa Sedupi ini sehingga bisa dikenal di seluruh penjuru tanah air, Indonesia.
Cerita Singkat Asal Usul Desa Sedupi
Cerita Singkat Asal Usul Desa Sedupi Kecamatan Tanah Abang, PALI yang disusun oleh tim penyusun Kelompok Adat Desa Sedupi pada 19 September 2018.
Desa Sedupi dahulunya bernama Kute Sedupai yang diperintah oleh seorang yang bernama Mahmudin Bin Mukidin tahun 1425 Masehi yang mengajarkan Islam dari Pasai Aceh, tahun 1428 Masehi beliau pergi ke Mekkah dan kembali lagi ke Sedupai tahun 1429 Masehi. Sebelum kembali, Beliau singgah di Kota Banten dan Demak disana Beliau diberi hadiah oleh Raja Salam Kuto berupa Keris Pusaka Sakti yang bernama “Dewa Sejagat” yang konon pusaka itu bisa mengapung di angkasa.
Puyang Mahmudin, memiliki empat orang anak keturunannya yakni Mahyudin, Mahpudin, Maymuna, Mahmus Pasa.
Pada tahun 1435 Masehi, Maymuna dipersunting oleh ulama agung dari Kota Pahang tanah Melayu yang bernama Syeh Abdur Rahman bin Syeh Maliki yang kemudian mengembara lagi ke Kota Mina.
Pada tahun 1640 Masehi, Puyang Mahmudin beserta istrinya kembali mengembara ke Air Itam Kute Nakat kemudian singgah pula di Gunung Megan untuk menyebarkan syiar Islam. Selanjutnya, pada tahun 1643 Masehi kembali pergi lagi ke Kota Mekkah. Selepas mengembara, Mahmudin kembali dan akhirnya wafat pada 1680 Masehi dan dimakamkan di Kute Sedupai, bersama tokoh penyebar Islam lainnya yakni Ahmad Sopiah Bin Muhammad Idris juga Kamaludin. Kini, masyarakat setempat lebih mengenal areal pemakaman para ulama tersebut dengan sebutan “Keramat Puyang Sedupi”
Pada tahun 1930 di jaman Kerio Benain, Kute Sedupai berganti nama menjadi Desa Sedupi. Saat ini, Desa Sedupi dengan luas wilayah 2.497 hektar memiliki 5 Dusun, dengan batas wilayah sebelah utara, Desa Sukaraja; Sebelah selatan Desa Talang Nangka; Sebelah timur Desa Pandan; Sebelah barat, Kelurahan Payaputat. (Heru)