Bos BCA Sebut Pembobolan Rekening Seperti Maling Jemuran

Kekecewaan Pasar Tekan Rupiah ke Rp14.777 per Dolar AS
September 4, 2020
Relasi Risma-Megawati dan Pola PDIP Pilih Cawalkot Surabaya
September 4, 2020

Jakarta, radarbahtera.com – Direktur Utama PT BCA Tbk Jahja Setiaatmadja menyebut pembobolan rekening bank masih marak terjadi. Sejumlah oknum melakukan aksi tersebut dengan berbagai modus.

Jahja membeberkan salah satu modus yang masih terjadi adalah pembobolan melalui nomor telepon lama yang sudah tak terpakai atau mati. Nomor itu bisa digunakan sejumlah oknum untuk membuka mobile banking hingga melakukan transaksi.

“Ini seperti maling jemuran yang akan terus ada sepanjang ada yang lengah,” ungkap Jahja kepada CNNIndonesia.com, Jumat (4/9).

Ia menuturkan pembobolan bisa dilakukan jika pemilik nomor telepon lama itu mengatur password mobile banking dengan huruf atau angka yang sederhana atau mudah ditebak. Misalnya, tanggal lahir atau angka 123.

“Banyak yang tidak sadar mengganti nomor telepon, nomor telepon lama diabaikan. Itu kejadiannya kalau dia gunakan password lalu ada yang menggunakan lagi nomor itu dan ternyata password aplikasi mobile banking mudah, itu akan kejebol,” jelas Jahja.

Untuk mencegah kejadian tersebut, Jahja menyarankan agar nasabah yang mengganti nomor teleponnya langsung memberikan informasi ke pihak bank. Selain itu, nasabah juga harus mengubah personal identification number (PIN) agar tak mudah ditebak.

“Obatnya adalah segera info ke bank bahwa nomor telepon berubah dan ganti PIN,” imbuhnya.

Tak hanya itu, modus lainnya adalah penipuan menggunakan nomor kontak nasabah yang sengaja di-hack atau diretas oleh sejumlah oknum. Pihak yang meretas kontak nasabah akan menawarkan produk atau meminjam uang kepada teman nasabah untuk mendapatkan uang.

“Banyak juga nomor kontak di-hack lalu mengaku teman, menawarkan produk murah, pinjam, dan lain-lain. Sehingga, nasabah yang tidak curiga bawah temannya ganti nomor jadi tertipu,” ujar Jahja.

Selain itu, sejumlah oknum juga kerap melakukan penipuan dengan meminta nomor kartu ATM, kode OTP, dan nomor telepon. Kemudian, ada pula penipuan lewat penukaran kartu dan mengintip PIN ATM, serta penipuan lewat transaksi online dengan menawarkan barang murah dan setelah transfer barang tak dikirim.

Jahja menambahkan beberapa jenis penipuan lainnya, seperti struk ATM palsu, penyalahgunaan kartu, dan duplikasi kartu SIM. Untuk itu, Jahja menyarankan agar nasabah jangan lengah dan terus waspada terhadap seluruh data pribadi yang terhubung dengan rekening.

“Untuk duplikasi kartu SIM dan penyalahgunaan kartu diduga ditebak pelaku, misalnya tanggal lahir pada kartu tanda penduduk (KTP),” pungkas Jahja.

Sumber : www.cnnindonesia.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *