TIDAK mengapa jika kamu kali ini belum layak mendapatkan apa yang kamu inginkan. Mungkin di mata mereka, kita masih mampu dan layak untuk menempuh pendidikan tanpa bantuan dan biaya gratis dari mereka. Dan ketika saya bisa menulis ini, saya masih bersyukur, saya masih bisa berkarya walaupun tanpa dukungan dari siapapun.
Link beasiswa yang kita ketahui ada banyak sekali macamnya, mulai dari baznas, Kip-k, Bank Indonesia, Kesra, Provinsi, Kemendikbud dan lain sebagainya. Saya sendiri sempat mendaftarkan semua beasiswa itu. Tapi Tuhan berkata lain, saya belum diberikan kesempatan untuk menerimanya. Tapi hal itu tidak menyurutkan semangat saya.
Begitupun dengan kalian para Generasi Milenial, Gen-Z, ataupun Gen-Alpha. Beasiswa mungkin memang salah satu bentuk keringanan bagi kita semua. Tapi hal tersebut bukan menjadi alasan untuk kita terus melanjutkan pendidikan dan cita-cita yang telah kita impikan.
Jika ditelusuri lebih dalam, ada saja hal yang membuat kita kecewa dan merasa gagal berkali-kali. Karena selain prestasi yang kita punya dan dapatkan dengan proses yang berat, namun itu masih menjadi persyaratan yang kurang mendukung untuk mendapatkan beasiswa. Saya rasa memang aneh, tapi itulah kenyataannya.
Ketika itu, saya pernah mendapat survei dari tim beasiswa yang datang ke rumah saya. Saat mereka melihat rumah saya yang wah, mereka langsung berpikir positif dan tidak ada ekspresi apapun. Melainkan heran dengan keadaan rumah saya. Tanpa bertanya tentang apa yang menjadi keseharian kita menjalani hidup. Seolah langsung sok tahu kalo kita adalah orang yang berada.
Tapi, tak masalah. Saya sangat bersyukur jika mereka berfikir seperti itu. Walaupun pada kenyataannya saya adalah seorang anak penjual kue dan ayah saya penjual teh pusui. Namun, itu semua berkat do’a dan support dari mereka yang menjadi kekuatan untuk mengejar cita-cita saya dan adik saya.
Terkadang, saya merasa gagal menjadi anak yang membanggakan mereka. Beasiswa yang akan saya dapatkan, itu semua akan saya persembahkan kepada orangtua saya. Belum, mungkin belum. Saya harus selalu ber-husnudzon kepada-Nya. Saya yakin takdir dan rencana-nya merupakan sesuatu yang terbaik bagi saya.
Sejak SD-SMA, saya sering mendapatkan beasiswa, itu dikarenakan saya sering menjuarai lomba dan aktif dalam organisasi mulai dari ketua OSIS, FLS2N, Gita Bahana Nusantara, Archery, 02SN Catur, OSN IPS, English Competetion dan lain-lain.
Saya sangat bersemangat dan makin semangat dalam belajar dan berprestasi. Karena, bagi saya beasiswa tersebut sangat meringankan beban saya sebagai pelajar dan membantu beban orangtua saya. Apalagi tidak menjadi beban pikir bagi saya sendiri.
Sekali lagi, bagi kalian semua, teman-teman yang saya cintai. Tak ap ajika kini, kita belum berhak mendapatkan beasiswa itu. Mungkin, rencana Tuhan lebih indah sudah dipersiapkan untuk kita. Kalo bukan sekarang, mungkin nanti. Jadi, mari kita bersabar sebentar. Sembari berdo’a, berusaha dan terus berprestasi mengejar Impian kita.
Sesungguhnya, beasiswa dari orangtua, itu adalah beasiswa halal yang dipersembahkan untuk seorang anak-anaknya. Saya ucapkan terima kasih kepada seluruh orangtua terbaik di seluruh penjuru dunia yang terus berjuang untuk menghidupi keluarga dan membiayai anaknya hingga sukses.
Hingg akita berkata : “Saya anak tukang penjual kue, dan saya lolos S2 dan mendapatkan beasiswa ke Belanda.” atau “Saya anak tukang becak, tapi saya lolos dengan predikat cumlaude di S2”.
Apa saja bisa terjadi, tidak perlu anda berkeluh kesah dan mengemis kepada mereka. Walaupun kau sedih ketika dosen atau guru bercerita tentang beasiswa. Anda cukup tersenyum dan selalu semangat ya.
Semoga segala keinginan dan impian kita terwujud dengan tangan dan cara terbaik Tuhan. Semangat pejuang toga!!
Oleh : Putri Anggun (Mahasiswi IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung, Fakultas Tarbiyah, Prodi PAI, Semester 5)