BABEL, RADARBAHTERA.COM – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Pangkalpinang melalui Kabid Kebudayaan Kota Pangkalpinang, Ratna Purnamasari atau yang lebih dikenal dengan sebutan Bunda Tudung Saji (BTS), memaparkan filosofi tentang Tari Sekuncup Pinang.
BTS menjelaskan, Majelis Tinggi Kerapatan Adat Negeri (MTKN) Kota Pangkalpinang bersama dengan sanggar Bik Tudong Dulang (BTD) Pedapuran, baru-baru ini telah myelesaikan garapan sebuah buku.
“Yaitu buku yang bertajuk tentang juknis atau tata cara penyajian Tari Sambut Sekuncup Pinang yang merupakan tari sambut pertama di Kota Pangkalpinang,” ucap BTS, Selasa (12/09/2023).
Menurut BTS dasar musik pengiring Tari Sambut Sekuncup Pinang, diambil dari jenis irama Cakter, yang berkembang sejak tahun 1970-an.
Perjalanan sejarah tari ini juga cukup panjang, sejak tahun 1980-an oleh Sanggar Wisma Jaya Manajernya Datuk DR (HC) Ibnu Hajar EMHA dan Pembinanya Bapak Effendi (Om Gentong) Pemilik Wisma Jaya Hotel, dimana Pangkalpinang merupakan salah satu bagian dari daerah Provinsi Sumatera Selatan, waktu itu bersama dengan Kabupaten Bangka dan Belitung.
Tari Sekuncup Pinang ini mulai dikenal secara luas pada tahun 1991 ketika Provinsi Sumsel mengadakan lomba tari sambut atau penyambutan, untuk daerah masing-masing untuk mengikuti lomba.
Ibu Ketua Dharma Wanita Kota Pangkalpinang menunjuk Sanggar yang dulunya bernama Sanggar Wisma Jaya Manajernya Datuk DR (HC) Ibnu Hajar EMHA dan Pembinanya Bapak Effendi (Om Gentong) Pemilik Wisma Jaya Hotel, yang kemudian berubah menjadi Sanggar Seni Warisan Budaya.
Dimasa itu diketuai oleh Datuk DR (HC) Ibnu Hajar EMHA, untuk membawa tari penyambutan tamu kenegaraan daerah masing-masing, dengan pola kerja sama, maka terciptalah Tari Penyambutan Sekuncup Pinang yang sempurna, karena awalnya tari penyambutan ini belum ada liricknya.
Karya bersama ini digarap oleh Sanggar Warisan Budaya dengan tugas sebagai penggarap tari dengan koreografer Bapak Muctar Agros, Dewan Kesenian Kota Pangkalpinang pada waktu itu diketuai oleh Bapak Suhaini Sulaiman dan Dharma Wanita, serta dengan penarinya anak-anak dari Anggota Dharma Wanita Kota Pangkalpinang.
“Dalam lomba tersebut Tari Sekuncup Pinang menduduki peringkat kedua se-Sumsel dan sementara Tari Sambut dari Kabupaten Bangka diperingkat satu,” ungkap BTS.
Diambil dari Selayang Pandang Sejarah Kota Pangkalpinang, tentang pohon pinang, dimana pohon pinang ini merupakan sarana utama untuk menambatkan perahu yang berlabuh pada waktu silam, yang tumbuh dipingiran sungai rangkui sebagi pembelah kota.
Dari pohon pinang inilah tercetus tarian sekucup pinang, yang digambarkan melalui tarian yang dipersembahkan pada orang-orang yang datang ke Pangkalpinang karena merasa terhormat dan agar tamu yang datang merasa dihormati.
Tari Kuncup Mayang Pinang yang menggambarkan gadis remaja (miak) yang cantik jelita, menyambut tetamu dengan suka cita dan penuh kegembiraan, oleh para gadis remaja (miak) yang cantik jelita, menandakan masyarakat Pangkalpinang orang-orangnya ramah dan sopan, serta menjunjung adat, hal ini diumpamakan seperti harumnya kuncup mayang pinang yang baru mekar. (Siska/RB)