BABEL,
RADARBAHTERA.COM – Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) lingkungan yang ada di Bangka Tengah yakni Gerakan Pemuda Peduli Lingkungan dan Warga Kurang Mampu (GPPL-WKM), menyoroti rencana Pembangunan Pusat Listrik Tenaga Thorium (PLTT) di Pulau Gelasa, Desa Batuberiga, Kecamatan Lubukbesar, Bangka Tengah.
Riyan Erwinsyah selalu Ketua GPPL-WKM Bangka Tengah (Bateng) mengatakan, jika PT. Thorcon, Bapeten dan pihak lainnya belum mengajak para LSM lingkungan berdialog masalah tersebut.
“Tiba-tiba ada sosialisasi tentang thorium di Desa Batuberiga. Saya saja kalau lagi gak di Beriga, gak bakal tau ada sosialisasi itu,” ucapnya di Koba, Selasa (01/08/2023).
Riyan menjelaskan, pihak yang berkepentingan harusnya mengajak tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh Pemuda, tokoh agama, LSM dan masyarakat bisa berdialog secara bersama sebagai perpanjangan sosialisasi ke masyarakat awam.
“Masyarakat bisa saja disosialisasikan tentang kebaikannya saja, tapi keburukannya belum tentu. Seperti kemaren orang PT. Thorcon bilang bahwa ini akan menggandeng BUMN tapi Bapeten (Badan Pengawas Tenaga Nuklir-Red) bilang kita bisa sendiri. Kalau bisa kenapa gandeng Thorcon, kenapa gak semua monopoli pemerintah saja bangun. Kan katanya kita mampu, ” jelas Riyan.
Riyan juga menyebutkan, hal ini akan berdampak ke lingkungan lain dan sekitar jika nantinya akan dibangun PLTT di Desa Beriga tepatnya di Pulau Gelasa yang notabene tempat konservasi penyu tersebut.
“Harusnya bukan cuma Batuberiga juga, tapi Lubuk Besar, Lubuk Pabrik dan desa-desa lain yang menggunakan Gelasa sebagai tempat pencarian ikan dan berteduh harus dilibatkan juga. Kalau cuma Beriga saja pasti akan terjadi kecemburuan,” ungkapnya.
Riyan menegaskan, proyek tersebut memang masih lama akan dibangun, tapi sosialisasi yang dilakukan bukan hanya tentang baiknya saja, karena jika terjadi kesalahan sedikit saja seperti resiko kebocoran gas akan berakibat fatal.
Riyan juga mengatakan, jika ada kebocoran gas radio aktif tersebut banyak pihak akan lepas tangan. Bahkan PJ Gubernur hanya menyerahkan ke Tuhan saat ditanya pihak wartawan.
“Jangan sampai Kecamatan Lubukbesar malah jadi sidoarjo kedua, akibat lumpur lapindo. Terus, siapa yang akan bertanggung jawab kepada 200ribu rakyat Bangka Tengah. Ini bukan cuma tentang sekarang saja tapi anak cucuk kita juga akan terdampak nantinya karena lautnya sudah tidak bisa digunakan lagi,” tegasnya.
“Makanya kalau sosialisasi ajak LSM lingkungan juga berdialog dan berdiskusi jangan dianggap mereka gak ada. Kalau sudah duduk bersama sambil ngopi-ngopi kan bisa kita pereteli satu-satu apa kekurangan dan kelebihannya secara terbuka ke masyarakat,” lanjutnya.
Riyan menjelaskan, jika proyek pembangunan ini terlaksana maka Bangka Belitung akan jadi sarang tambang yang akan menghancurkan paru-paru dunia karena bahan thorium yang berlimpah di Bangka Tengah. Akibatnya, demi kepentingan Proyek Strategis Nasional seluruh wilayah di Bangka Tengah akan beralih fungsi.
“Jangan sampai karena proyek ini, hutan di Bangka Tengah malah jadi tambang karena digerus terus untuk bahan thorium. Bukan cuma Bangka Tengah ya, tapi Hutan Bangka Belitung juga seperti yang dibilang Pak Sugeng Kepala Bapeten ke wartawan kemarin. Nanti semua hutan kita diubah RT/RW menjadi wilayah tambang karena kepentingan proyek strategis nasional. Apa yang akan kita kasih ke keturunan kita kalau semua habis,” ujarnya.
Riyan berharap, proyek ini bukan jadi jalan legalnya penambangan di wilayah konservasi penyu Pulau Gelasa tersebut. (*/RB)